arus balik



seperti video stop-motion huruf-huruf bergerak sendiri menjadi kata di dalam kepalaku. kali ini: memilih dilarung kemacetan, bukannya mengarungi kemacetan. kamu ingat lelucon dari masa-masa festival dago? kamu tinggal berdiri di salah satu ujung jalan lalu membiarkan arus dan kerapatan ribuan manusia membawamu hingga ke ujung jalan yang satu lagi. dans le sillage, dans le sillage lalu apa kelanjutannya? dilarung… sungguh pilihan frasa yang sophisticated! seharusnya ini bisa mengangkat derajat seseorang di dunia kesusastraan, setidaknya layak terbit di kompas minggu, atau tiket terusan gratis untuk seluruh pertunjukan di salihara sepanjang tahun, ahaha. tapi entahlah aku hanya pusing menahan mual akibat disembur asap dan terjebak hampir dua jam dalam kotak kaleng oranye beroda yang, kelihatannya, sudah lama lewat masa operasinya. papan pelapis dalam sudah lepas, bola lampu pijar dipasang asal terang, tirai di jendela depan sudah pudar, dan stiker b u n d a di panel setir mulai mengelupas. rasanya aku ingin berdiri dan bertepuk tangan lambat-lambat sebagai tanda kekaguman bagi semua orang yang melewati seluruh kekacauan ini setidaknya dua kali setiap hari. what people’d do to make ends meet never ceases to amaze me tapi, kamu bekerja untuk apa? kamu menulis untuk siapa?



Leave a comment